Kamis, 29 September 2011

RENCANA KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN UJI BAKTERIOLOGIS AIR YANG BERASAL DARI COOLING WATER PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK

-->
I. PENDAHULUAN
Air merupakan zat yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Menurut sifat fisiknya, air didefinisikan sebagai zat yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan jernih. Menurut sifat kimianya, air adalah zat anorganik yang terdiri dari tiga atom yaitu satu atom oksigen dan dua atom hidrogen yang bergabung dengan ikatan kovalen dengan rumus molekul H2O. Kegunaan air dalam proses industri sangat banyak sekali, selain sebagai air baku pada industri air minum dan pemutar turbin pada pembangkit tenaga listrik, juga sebagai alat bantu utama dalam kerja pada proses-proses industri (Anonim, 1990). Warna, bau dan rasa serta kekeruhan air dipengaruhi oleh adanya zat-zat yang terlarut, mikroorganisme, lumpur, hasil buangan industri, gas-gas yang terlarut dan lain-lain (Lay, 1992).
Air adalah salah satu bahan baku yang sangat diperlukan dalam operasi suatu pabrik. Air yang digunakan dalam proses suatu pabrik harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar proses di pabrik tersebut dapat berjalan dengan baik, agar didapatkan air yang sesuai dengan kebutuhan dilakukan beberapa proses pengolahan air baik dengan pengolahan fisika, kimia maupun biologi. Proses pengolahan yang dipilih tergantung pada kualitas air baku yang digunakan dan kualitas air yang diinginkan (Anonim, 1990). Proses pengolahan air di PT. Pupuk Kujang adalah proses pengolahan air baku menjadi air minum, air demin, air pendingin, air ketel uap dan pengolahan air buangan (PT. Pupuk Kujang, 1981).
Srihari (1990) menyebutkan bahwa, air adalah medium pendingin yang paling lazim.digunakan, dalam industri pada umumnya dan pabrik-pabrik proses pada khususnya, untuk keperluan pendinginan dari bahan yang diolah maupun peralatan pengolahannya, diperlukan media pendingin. Operasi pabrik tidak akan berjalan baik tanpa adanya perbekalan air pendingin dengan kualitas dan kuantitas yang memadai serta usaha-usaha untuk mempertahankan mutu dan jumlah air pendingin yang beredar di dalam sistem pemrosesnya. Penjagaan kuantitas air pendingin yang sedang beredar dilakukan dengan menambahkan air pendingin segar guna menutupi kehilangan-kehilangan air dari sistem pendingin; penjagaan kualitas berupaya memusnahkan pengaruh buruk dari zat-zat pengotor yang bisa memasuki air yang sedang diedarkan di dalam sistem pendingin dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya.
Air pendingin (Cooling Water) adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas, oleh sebab itu kualitas air pendingin harus dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan pada alat-alat pemindah panas (Anonim, 2007). Menurut Cheremismoff (1981), Cooling Tower merupakan suatu unit pendingin yang berfungsi untuk mengolah air untuk mendinginkan exchanger-exchanger di pabrik. Air dari temperatur 46ºC akan diturunkan temperaturnya menjadi 32ºC. Selain temperatur, air yang akan digunakan untuk mendinginkan harus memenuhi beberapa persyaratan. Kualitas dari air pendingin harus selalu dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan pada mesin-mesin pemindah panas sehingga tidak mengganggu proses produksi.
Cooling Tower ammonia adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas yang di pakai untuk memproduksi ammonia. Cooling Tower ammonia di kujang terdiri dari unit ammonia IA dan IB. Cooling Tower urea adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas yang di pakai untuk memproduksi urea. Cooling Tower urea di kujang terdiri dari unit urea IA dan IB (PT. Pupuk Kujang, 1981).
Perhitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau disebut juga sebagai Standart Plate Count (SPC) didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 (satu) koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Perhitungan mikroorganisme hidup adalah jumlah minimum organisme. Hal ini disebabkan koloni yang tumbuh pada lempengan agar merupakan gambaran mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu (Lay, 1994).
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai, bila ditumbuhkan dalam media dan lingkungan yang sesuai kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni. Berdasarkan hal tersebut seringkali digunakan istilah coloni forming unit (CFU/ml) untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup. Sebaiknya hanya lempengan agar yang mengandung 30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan (Lay, 1994).
            Metode yang sering dilakukan untuk mengukur total bakteri adalah metode Plate Count dan medium yang digunakan adalah PCA (Plate Count Agar). Keuntungan dari metode ini adalah bahwa sel yang masih hidup dihitung secara langsung. Kekurangan dari metode ini adalah waktu tumbuhnya bentuk koloni tidak tentu dan biasanya 24 jam atau lebih. Dalam perhitungan mikroorganisme seringkali digunakan pengenceran. Di laboratorium pengenceran dilakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya dilakukan pada standar plate count, namun dapat pula menggunakan tabung. Jumlah bakteri permililiter ialah jumlah koloni dikalikan faktor pengenceran (Pelczar, 1977).
Jumlah koloni yang tumbuh pada metode plate count tergantung dari konsentrasi pengenceran. Semakin kecil konsentrasi, jumlah koloni yang tumbuh semakin sedikit dan jika koloni yang tumbuh terlalu banyak, beberapa sel akan tampak terlalu sesak dan koloni tidak akan tumbuh. Kondisi ini menyebabkan proses perhitungan tidak teliti. Food and Drug Administration menentukan hanya menghitung 25-250 koloni pada plate, tetapi banyak ahli mikrobiologi yang memilih 30-300 koloni plate. Cara yang digunakan untuk memastikan bahwa beberapa koloni yang dihitung akan berada dalam ring (30-300), adalah dengan penambahan air atau pengenceran dan proses ini dinamakan dilution (Pelczar, 1977).
Cooling Tower dapat dipakai sebagai tempat tumbuh yang sangat baik bagi bakteri dan berbagai macam mikroorganisma lainnya, dan dapat menimbulkan masalah serius baik bagi mesin pendingin maupun bagi manusia di sekitarnya. Bakteri, Lumut, Protozoa dan bermacam-macam mikroorganisma lainnya tumbuh dan bersimbiosa membentuk suatu koloni menjadi biofouling, yang dapat tumbuh sangat cepat pada Cooling Tower/cooling system. Masalah yang ditimbulkannya terutama ialah adanya selaput lendir (slime) yang dihasilkan yang akan menjadi penghambat dalam proses pertukaran panas di “Heat Exchanger”. Perbandingan daya hambat panas lendir (slime) dibanding dengan kerak (scale) ialah 5 : 1. Oleh karena itu pada Cooling Tower ini perlu diadakan perhitungan untuk mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang tumbuh atau hidup didalamnya. Apabila berada dalam ambang batas yang tidak di ijinkan, maka akan di gunakan anti bakteri untuk mengendalikan pertumbuhannya (Kemala, 2008).
PT. Pupuk Kujang (1981) menyebutkan bahwa sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh air pendingin adalah:
1. Tidak korosif
2. Tidak menimbulkan kerak
3. Tidak mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan lumut
Oleh karena itu pada unit pengolahan air pendingin ini perlu diadakan pengujian (perhitungan) untuk mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang tumbuh atau hidup didalamnya.
            Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam Cooling Water yang dihitung di Laboratorium PT. Pupuk Kujang Cikampek. Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan adalah menambah keterampilan bagi penulis dalam melakukan isolasi dan menghitung jumlah bakteri.


II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1. Materi

       2.1.1 Alat

               Peralatan yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri antara lain neraca digital, pengaduk, tabung Nessler, autoclaf, water dester, inkubator, colony counter, pipet ukur steril, cawan petri, beaker glass, botol steril, plastik sampel steril, pH meter, dan magnetic stirer hot plate.

       2.1.2 Bahan
           
Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel air dari Cooling Water amonia dan urea, medium PCA (Plate Count Agar), aquades steril.

2.2 Cara Kerja
      2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
                 2.2.1.1  Peralatan yang akan dipakai disterilisasi terlebih dahulu, dan di cuci hingga bersih semua peralatan yang akan disterilkan. Semua peralatan kemudian dimasukan ke dalam autoklaf. Atur temperatur autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit, setelah temperatur autoklaf turun menjadi di bawah 60oC penutup baru boleh dibuka dan peralatan dikeluarkan dari dalam autoklaf.
2.2.1.2  Pembuatan medium PCA (Plate Count Agar), timbang sebanyak 8,23 gr PCA dan dimasukan kedalam beaker glass lalu ditambahkan aqudes steril sebanyak 500 ml. Panaskan larutan diatas stirer hingga mendidih, setelah uap panas menghilang larutan dipindahkan kedalam botol steril kemudian medium disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit (sterilisasi dilakukan bersama dengan alat).
2.2.2 Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari Cooling Tower unit ammonia IA, IB dan unit urea IA, IB yang diambil di bagian Utility. Sampel diambil pada keran yang terletak pada pipa saluran dengan menggunakan plastik sampel steril, kemudian sampel dibawa ke laboratorium PT. Pupuk Kujang.
2.2.3 Pengenceran dan Isolasi
            Perhitungan jumlah colony di dalam sampel air dalam Cooling Water dapat dilakukan dengan metode cawan, yaitu dengan metode Pour Plate atau agar tuang. Caranya sebagai berikut:
2.2.3.1 Sampel air yang telah diambil, selanjutnya dibuat seri pengenceran sebanyak 3-4 kali dengan cara memindahkan 1 ml larutan tesebut dari tingkat pengenceran sebelumnya ke dalam 10-3 air demin. Demikian seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diperlukan.
2.2.3.2  Sebanyak 0,1  ml larutan tersebut diambil dari 2 seri pengenceran terakhir, dan diteteskan pada cawan kemudian tuang medium PCA (Plate Count Agar) setelah itu cawan digoyang  dan diputar hingga rata dan tercampur.
2.2.3.3  Masing-masing cawan petri diberi label yang jelas dari pengenceran   ke berapa sampel itu diambil.
2.2.3.4  Selanjutnya cawan diinkubasi selama 2X24 jam. Sebelum di masukan kedalam inkubator agar di tunggu sampai memadat dan posisi agar dibalik.
2.2.3.5  Setelah akhir masa inkubasi, colony yang terbentuk dapat dihitung menurut Standard Plate Count (SPC).






DAFTAR KEGIATAN HARIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Judul tentative : Uji Bakteriologis Air Yang Berasal Dari Cooling Water PT.      Pupuk Kujang, Cikampek
Lokasi             : Laboratorium PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Waktu             : 19 Februari – 11 Maret 2010
Pembimbing    : Drs. Arlend Anwar
Tabel 1. Daftar Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapangan
No.
Hari
Tanggal
Kegiatan
1.
Jumat
19-02-2010
Pengenalan perusahaan
Pengenalan laboratorium
Pengenalan alat-alat
2.
Senin-kamis
22-25/02-2010
Pengambilan sampel
Pembuatan media
Sterilisasi alat dan bahan
Isolasi cooling water
Inkubasi
Perhitungan total mikroba
6.
Senin-kamis
01-11/03-2010
Pengambilan sampel
Pembuatan media
Sterilisasi alat dan bahan
Isolasi cooling water
Inkubasi
Perhitungan total mikroba
Pembacaan jenis mikroba




DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1990. Kumpulan SNI Bidang Pekerjaan Umum Nargarai Kualitas Air. Edisi 1990. Departemen pekerjaan Umum.

----------, 2007. Cooling Water Tower Microbiological Analysis. http://www.environmentaleverage.com. Diakses tanggal 18 februari 2010.

Cheremismoff, N.P. 1981. Cooling Tower Selection, Design and Practice. Ann Arbor Science Publishes Inc, Michigan.

Kemala. 2008. Cooler Water. http://cooler/diakses tanggal 29 Maret 2010.

Lay, B dan Sugyo, H. 1992. Mikrobiologi Air. Alumni Bandung, Bandung.

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Pelczar, M. 1997. Mikrobiologi. Mc Graw Hill, New Delhi.

PT. Pupuk Kujang, 1981. Modifikasi Teknologi Pengolahan Air Tepat Guna Mengacu pada Peningkatan Efisiensi Optimum pada Pengoperasian Sistem Pendingin Evaporative Terbuka PT. Pupuk Kujang, Jakarta; PT. Teknolindo.

Srihari, E. 1990. Evaluasi Penampilan Operasi Sistem Peredaran Air Pendingin Tipe Terbuka di Dalam Pabrik Proses. http://evaluasi, air pendingin, pabrik/diakses tanggal 29 Maret 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar