Kamis, 29 September 2011

RENCANA KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN UJI BAKTERIOLOGIS AIR YANG BERASAL DARI COOLING WATER PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK

-->
I. PENDAHULUAN
Air merupakan zat yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Menurut sifat fisiknya, air didefinisikan sebagai zat yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan jernih. Menurut sifat kimianya, air adalah zat anorganik yang terdiri dari tiga atom yaitu satu atom oksigen dan dua atom hidrogen yang bergabung dengan ikatan kovalen dengan rumus molekul H2O. Kegunaan air dalam proses industri sangat banyak sekali, selain sebagai air baku pada industri air minum dan pemutar turbin pada pembangkit tenaga listrik, juga sebagai alat bantu utama dalam kerja pada proses-proses industri (Anonim, 1990). Warna, bau dan rasa serta kekeruhan air dipengaruhi oleh adanya zat-zat yang terlarut, mikroorganisme, lumpur, hasil buangan industri, gas-gas yang terlarut dan lain-lain (Lay, 1992).
Air adalah salah satu bahan baku yang sangat diperlukan dalam operasi suatu pabrik. Air yang digunakan dalam proses suatu pabrik harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar proses di pabrik tersebut dapat berjalan dengan baik, agar didapatkan air yang sesuai dengan kebutuhan dilakukan beberapa proses pengolahan air baik dengan pengolahan fisika, kimia maupun biologi. Proses pengolahan yang dipilih tergantung pada kualitas air baku yang digunakan dan kualitas air yang diinginkan (Anonim, 1990). Proses pengolahan air di PT. Pupuk Kujang adalah proses pengolahan air baku menjadi air minum, air demin, air pendingin, air ketel uap dan pengolahan air buangan (PT. Pupuk Kujang, 1981).
Srihari (1990) menyebutkan bahwa, air adalah medium pendingin yang paling lazim.digunakan, dalam industri pada umumnya dan pabrik-pabrik proses pada khususnya, untuk keperluan pendinginan dari bahan yang diolah maupun peralatan pengolahannya, diperlukan media pendingin. Operasi pabrik tidak akan berjalan baik tanpa adanya perbekalan air pendingin dengan kualitas dan kuantitas yang memadai serta usaha-usaha untuk mempertahankan mutu dan jumlah air pendingin yang beredar di dalam sistem pemrosesnya. Penjagaan kuantitas air pendingin yang sedang beredar dilakukan dengan menambahkan air pendingin segar guna menutupi kehilangan-kehilangan air dari sistem pendingin; penjagaan kualitas berupaya memusnahkan pengaruh buruk dari zat-zat pengotor yang bisa memasuki air yang sedang diedarkan di dalam sistem pendingin dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya.
Air pendingin (Cooling Water) adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas, oleh sebab itu kualitas air pendingin harus dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan pada alat-alat pemindah panas (Anonim, 2007). Menurut Cheremismoff (1981), Cooling Tower merupakan suatu unit pendingin yang berfungsi untuk mengolah air untuk mendinginkan exchanger-exchanger di pabrik. Air dari temperatur 46ºC akan diturunkan temperaturnya menjadi 32ºC. Selain temperatur, air yang akan digunakan untuk mendinginkan harus memenuhi beberapa persyaratan. Kualitas dari air pendingin harus selalu dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan pada mesin-mesin pemindah panas sehingga tidak mengganggu proses produksi.
Cooling Tower ammonia adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas yang di pakai untuk memproduksi ammonia. Cooling Tower ammonia di kujang terdiri dari unit ammonia IA dan IB. Cooling Tower urea adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas yang di pakai untuk memproduksi urea. Cooling Tower urea di kujang terdiri dari unit urea IA dan IB (PT. Pupuk Kujang, 1981).
Perhitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau disebut juga sebagai Standart Plate Count (SPC) didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 (satu) koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Perhitungan mikroorganisme hidup adalah jumlah minimum organisme. Hal ini disebabkan koloni yang tumbuh pada lempengan agar merupakan gambaran mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu (Lay, 1994).
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai, bila ditumbuhkan dalam media dan lingkungan yang sesuai kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni. Berdasarkan hal tersebut seringkali digunakan istilah coloni forming unit (CFU/ml) untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup. Sebaiknya hanya lempengan agar yang mengandung 30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan (Lay, 1994).
            Metode yang sering dilakukan untuk mengukur total bakteri adalah metode Plate Count dan medium yang digunakan adalah PCA (Plate Count Agar). Keuntungan dari metode ini adalah bahwa sel yang masih hidup dihitung secara langsung. Kekurangan dari metode ini adalah waktu tumbuhnya bentuk koloni tidak tentu dan biasanya 24 jam atau lebih. Dalam perhitungan mikroorganisme seringkali digunakan pengenceran. Di laboratorium pengenceran dilakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya dilakukan pada standar plate count, namun dapat pula menggunakan tabung. Jumlah bakteri permililiter ialah jumlah koloni dikalikan faktor pengenceran (Pelczar, 1977).
Jumlah koloni yang tumbuh pada metode plate count tergantung dari konsentrasi pengenceran. Semakin kecil konsentrasi, jumlah koloni yang tumbuh semakin sedikit dan jika koloni yang tumbuh terlalu banyak, beberapa sel akan tampak terlalu sesak dan koloni tidak akan tumbuh. Kondisi ini menyebabkan proses perhitungan tidak teliti. Food and Drug Administration menentukan hanya menghitung 25-250 koloni pada plate, tetapi banyak ahli mikrobiologi yang memilih 30-300 koloni plate. Cara yang digunakan untuk memastikan bahwa beberapa koloni yang dihitung akan berada dalam ring (30-300), adalah dengan penambahan air atau pengenceran dan proses ini dinamakan dilution (Pelczar, 1977).
Cooling Tower dapat dipakai sebagai tempat tumbuh yang sangat baik bagi bakteri dan berbagai macam mikroorganisma lainnya, dan dapat menimbulkan masalah serius baik bagi mesin pendingin maupun bagi manusia di sekitarnya. Bakteri, Lumut, Protozoa dan bermacam-macam mikroorganisma lainnya tumbuh dan bersimbiosa membentuk suatu koloni menjadi biofouling, yang dapat tumbuh sangat cepat pada Cooling Tower/cooling system. Masalah yang ditimbulkannya terutama ialah adanya selaput lendir (slime) yang dihasilkan yang akan menjadi penghambat dalam proses pertukaran panas di “Heat Exchanger”. Perbandingan daya hambat panas lendir (slime) dibanding dengan kerak (scale) ialah 5 : 1. Oleh karena itu pada Cooling Tower ini perlu diadakan perhitungan untuk mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang tumbuh atau hidup didalamnya. Apabila berada dalam ambang batas yang tidak di ijinkan, maka akan di gunakan anti bakteri untuk mengendalikan pertumbuhannya (Kemala, 2008).
PT. Pupuk Kujang (1981) menyebutkan bahwa sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh air pendingin adalah:
1. Tidak korosif
2. Tidak menimbulkan kerak
3. Tidak mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan lumut
Oleh karena itu pada unit pengolahan air pendingin ini perlu diadakan pengujian (perhitungan) untuk mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang tumbuh atau hidup didalamnya.
            Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam Cooling Water yang dihitung di Laboratorium PT. Pupuk Kujang Cikampek. Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan adalah menambah keterampilan bagi penulis dalam melakukan isolasi dan menghitung jumlah bakteri.


II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1. Materi

       2.1.1 Alat

               Peralatan yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri antara lain neraca digital, pengaduk, tabung Nessler, autoclaf, water dester, inkubator, colony counter, pipet ukur steril, cawan petri, beaker glass, botol steril, plastik sampel steril, pH meter, dan magnetic stirer hot plate.

       2.1.2 Bahan
           
Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel air dari Cooling Water amonia dan urea, medium PCA (Plate Count Agar), aquades steril.

2.2 Cara Kerja
      2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
                 2.2.1.1  Peralatan yang akan dipakai disterilisasi terlebih dahulu, dan di cuci hingga bersih semua peralatan yang akan disterilkan. Semua peralatan kemudian dimasukan ke dalam autoklaf. Atur temperatur autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit, setelah temperatur autoklaf turun menjadi di bawah 60oC penutup baru boleh dibuka dan peralatan dikeluarkan dari dalam autoklaf.
2.2.1.2  Pembuatan medium PCA (Plate Count Agar), timbang sebanyak 8,23 gr PCA dan dimasukan kedalam beaker glass lalu ditambahkan aqudes steril sebanyak 500 ml. Panaskan larutan diatas stirer hingga mendidih, setelah uap panas menghilang larutan dipindahkan kedalam botol steril kemudian medium disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit (sterilisasi dilakukan bersama dengan alat).
2.2.2 Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari Cooling Tower unit ammonia IA, IB dan unit urea IA, IB yang diambil di bagian Utility. Sampel diambil pada keran yang terletak pada pipa saluran dengan menggunakan plastik sampel steril, kemudian sampel dibawa ke laboratorium PT. Pupuk Kujang.
2.2.3 Pengenceran dan Isolasi
            Perhitungan jumlah colony di dalam sampel air dalam Cooling Water dapat dilakukan dengan metode cawan, yaitu dengan metode Pour Plate atau agar tuang. Caranya sebagai berikut:
2.2.3.1 Sampel air yang telah diambil, selanjutnya dibuat seri pengenceran sebanyak 3-4 kali dengan cara memindahkan 1 ml larutan tesebut dari tingkat pengenceran sebelumnya ke dalam 10-3 air demin. Demikian seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diperlukan.
2.2.3.2  Sebanyak 0,1  ml larutan tersebut diambil dari 2 seri pengenceran terakhir, dan diteteskan pada cawan kemudian tuang medium PCA (Plate Count Agar) setelah itu cawan digoyang  dan diputar hingga rata dan tercampur.
2.2.3.3  Masing-masing cawan petri diberi label yang jelas dari pengenceran   ke berapa sampel itu diambil.
2.2.3.4  Selanjutnya cawan diinkubasi selama 2X24 jam. Sebelum di masukan kedalam inkubator agar di tunggu sampai memadat dan posisi agar dibalik.
2.2.3.5  Setelah akhir masa inkubasi, colony yang terbentuk dapat dihitung menurut Standard Plate Count (SPC).






DAFTAR KEGIATAN HARIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Judul tentative : Uji Bakteriologis Air Yang Berasal Dari Cooling Water PT.      Pupuk Kujang, Cikampek
Lokasi             : Laboratorium PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK
Waktu             : 19 Februari – 11 Maret 2010
Pembimbing    : Drs. Arlend Anwar
Tabel 1. Daftar Kegiatan Harian Praktek Kerja Lapangan
No.
Hari
Tanggal
Kegiatan
1.
Jumat
19-02-2010
Pengenalan perusahaan
Pengenalan laboratorium
Pengenalan alat-alat
2.
Senin-kamis
22-25/02-2010
Pengambilan sampel
Pembuatan media
Sterilisasi alat dan bahan
Isolasi cooling water
Inkubasi
Perhitungan total mikroba
6.
Senin-kamis
01-11/03-2010
Pengambilan sampel
Pembuatan media
Sterilisasi alat dan bahan
Isolasi cooling water
Inkubasi
Perhitungan total mikroba
Pembacaan jenis mikroba




DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1990. Kumpulan SNI Bidang Pekerjaan Umum Nargarai Kualitas Air. Edisi 1990. Departemen pekerjaan Umum.

----------, 2007. Cooling Water Tower Microbiological Analysis. http://www.environmentaleverage.com. Diakses tanggal 18 februari 2010.

Cheremismoff, N.P. 1981. Cooling Tower Selection, Design and Practice. Ann Arbor Science Publishes Inc, Michigan.

Kemala. 2008. Cooler Water. http://cooler/diakses tanggal 29 Maret 2010.

Lay, B dan Sugyo, H. 1992. Mikrobiologi Air. Alumni Bandung, Bandung.

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Pelczar, M. 1997. Mikrobiologi. Mc Graw Hill, New Delhi.

PT. Pupuk Kujang, 1981. Modifikasi Teknologi Pengolahan Air Tepat Guna Mengacu pada Peningkatan Efisiensi Optimum pada Pengoperasian Sistem Pendingin Evaporative Terbuka PT. Pupuk Kujang, Jakarta; PT. Teknolindo.

Srihari, E. 1990. Evaluasi Penampilan Operasi Sistem Peredaran Air Pendingin Tipe Terbuka di Dalam Pabrik Proses. http://evaluasi, air pendingin, pabrik/diakses tanggal 29 Maret 2010.

RENCANA KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN

-->
RENCANA KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN
                                               

UJI BAKTERIOLOGIS AIR YANG BERASAL DARI COOLING WATER
PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK





















Oleh

Dewi Suparwati
B1J007158













KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
Flowchart: Alternate Process:    i2010
RENCANA KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN


UJI BAKTERIOLOGIS AIR YANG BERASAL DARI COOLING WATER
PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK









Oleh

Dewi Suparwati
B1J007158










Diajukan sebagai Pedoman untuk Melaksanaan Praktek Kerja Lapangan
pada Program Strata Satu Fakultas Biologi
 Universitas Jenderal Soedirman











KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2010
RENCANA KERJA PRAKTEK KERJA LAPANGAN


UJI BAKTERIOLOGIS AIR YANG BERASAL DARI COOLING WATER
 PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK





Oleh

Dewi Suparwati
B1J007158





Diterima dan Disetujui

Pada tanggal:.......................................                                 





Pembimbing Lapangan                                              Dosen Pembimbing PKL




Drs. Arlend Anwar                                              Dra. P. Maria Hendrati, M.Si
No. Badge: 0328-11-77                                         NIP. 19540513 198703 2001





Mengetahui:
Pembantu Dekan I
Fakultas Biologi Unsoed




Drs. Agus Hery Susanto, M.S
NIP. 19590814 198603 1004


PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “ Uji  Bakteriologis Air Yang Berasal Dari Cooling Water PT. Pupuk Kujang, Cikampek “ dapat terselesaikan. Laporan  Praktek Kerja Lapangan ini disusun dengan tujuan agar Praktek Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan dapat dengan terarah dan tepat waktu.
Penyusunan Rencana Kerja Praktek Kerja Lapangan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. P. Maria Hendrati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing dan bapak Drs. Arlend Anwar selaku Pembimbing Lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan Laporan Praktek Lapangan.
2. Drs. Siti Samiyarsih M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK.
3. Drs. Agus Hery susanto, M.S., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang telah memberikan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT.  PUPUK KUJANG CIKAMPEK.
4.      Bapak Fidi dan Bapak Ayef yang telah memberikan ijin penulis melakukan Praktek Kerja Di Laboratorium, terutama bapak Dindin yang selalu menemani dan memberikan arahan dalam menghitung total bakteri, serta seluruh staff dan Karyawan di PT Pupuk Kujang.
5.      Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan.
Penulis sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan ini masih banyak dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun dari para penelaah sangat diharapkan demi penyempurnaannya. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
                                                                              Penulis

    Purwokerto,   April 2010



DAFTAR ISI
                                                                                                                        Halaman
HALAMAN COVER...………………………...……………............………….... i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN..…………...…………………………………….. iii
PRAKATA..................……….………………………………………………...... iv
DAFTAR ISI………………………………………..………………….………... vi
I. PENDAHULUAN............................................................................................... 1
II. MATERI DAN CARA KERJA......................................................................... 6
            2.1 Materi.................................................................................................... 6
            2.2 Cara Kerja............................................................................................. 6
III. DAFTAR KEGIATAN HARIAN.................................................................... 9
IV. EVALUASI HASIL KERJA.......................................................................... 11



PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Laporan Praktek Kerja Lapangan dengan judul “ Uji  Bakteriologis Air Yang Berasal Dari Cooling Water PT. Pupuk Kujang, Cikampek “ dapat terselesaikan. Laporan  Praktek Kerja Lapangan ini disusun dengan tujuan agar Praktek Kerja Lapangan yang akan dilaksanakan dapat dengan terarah dan tepat waktu.
Penyusunan Rencana Kerja Praktek Kerja Lapangan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
6. Dra. P. Maria Hendrati, M. Si., selaku Dosen Pembimbing dan bapak Drs. Arlend Anwar selaku Pembimbing Lapangan yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan arahan dalam penyusunan Rencana Kerja Praktek Lapangan.
7. Drs. Siti Samiyarsih M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK.
8. Drs. Agus Hery susanto, M. Sc., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto yang telah memberikan ijin Praktek Kerja Lapangan di PT.  PUPUK KUJANG CIKAMPEK.
9.      Bapak ayef dan Bapak Fidi yang telah memberikan ijin penulis melakukan Praktek Kerja Di Laboratorium, terutama bapak Dindin yang selalu menemani dan memberikan arahan dalam menghitung total bakteri, serta seluruh staff dan Karyawan di PT Pupuk Kujang.
10.  Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penyusunan Rencana Kerja Praktek Kerja. Lapangan.
Penulis sangat menyadari bahwa di dalam penyusunan Rencana Kerja Praktek Kerja Lapangan ini masih banyak dijumpai kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik membangun dari para penelaah sangat diharapkan demi penyempurnaannya. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
    Purwokerto,   Maret 2010



DAFTAR ISI
                                                                                                                        Halaman
HALAMAN JUDUL...………………………...……………............………….....i
HALAMAN PENGESAHAN..…………...…………………………………….. iii
PRAKATA..................……….………………………………………………...... iv
DAFTAR ISI………………………………………..………………….………... vi
II.                            PENDAHULUAN............................................................................................... 1
II. MATERI DAN CARA KERJA......................................................................... 6
            2.1 Materi.................................................................................................... 6
            2.2 Cara Kerja............................................................................................. 6
DAFTAR KEGIATAN HARIAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
DAFTAR PUSTAKA


 

UJI BAKTERIOLOGIS AIR YANG BERASAL DARI COOLING WATER PT.PUPUK KUJANG CIKAMPEK


I. PENDAHULUAN
Air merupakan zat yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup. Menurut sifat fisiknya, air didefinisikan sebagai zat yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa dan jernih. Menurut sifat kimianya, air adalah zat anorganik yang terdiri dari tiga atom yaitu satu atom oksigen dan dua atom hidrogen yang bergabung dengan ikatan kovalen dengan rumus molekul H2O. Kegunaan air dalam proses industri sangat banyak sekali, selain sebagai air baku pada industri air minum dan pemutar turbin pada pembangkit tenaga listrik, juga sebagai alat bantu utama dalam kerja pada proses-proses industri (Anonim, 1990). Warna, bau dan rasa serta kekeruhan air dipengaruhi oleh adanya zat-zat yang terlarut, mikroorganisme, lumpur, hasil buangan industri, gas-gas yang terlarut dan lain-lain (Lay, 1992).
Air adalah salah satu bahan baku yang sangat diperlukan dalam operasi suatu pabrik. Air yang digunakan dalam proses suatu pabrik harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar proses di pabrik tersebut dapat berjalan dengan baik, agar didapatkan air yang sesuai dengan kebutuhan dilakukan beberapa proses pengolahan air baik dengan pengolahan fisika, kimia maupun biologi. Proses pengolahan yang dipilih tergantung pada kualitas air baku yang digunakan dan kualitas air yang diinginkan (Anonim, 1990). Proses pengolahan air di PT. Pupuk Kujang adalah proses pengolahan air baku menjadi air minum, air demin, air pendingin, air ketel uap dan pengolahan air buangan (PT. Pupuk Kujang, 1981).
Srihari (1990) menyebutkan bahwa, air adalah medium pendingin yang paling lazim.digunakan, dalam industri pada umumnya dan pabrik-pabrik proses pada khususnya, untuk keperluan pendinginan dari bahan yang diolah maupun peralatan pengolahannya, diperlukan media pendingin. Operasi pabrik tidak akan berjalan baik tanpa adanya perbekalan air pendingin dengan kualitas dan kuantitas yang memadai serta usaha-usaha untuk mempertahankan mutu dan jumlah air pendingin yang beredar di dalam sistem pemrosesnya. Penjagaan kuantitas air pendingin yang sedang beredar dilakukan dengan menambahkan air pendingin segar guna menutupi kehilangan-kehilangan air dari sistem pendingin; penjagaan kualitas berupaya memusnahkan pengaruh buruk dari zat-zat pengotor yang bisa memasuki air yang sedang diedarkan di dalam sistem pendingin dan mikroorganisme yang hidup di dalamnya.
Air pendingin (Cooling Water) adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas, oleh sebab itu kualitas air pendingin harus dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan pada alat-alat pemindah panas (Anonim, 2007). Menurut Cheremismoff (1981), Cooling Tower merupakan suatu unit pendingin yang berfungsi untuk mengolah air untuk mendinginkan exchanger-exchanger di pabrik. Air dari temperatur 46ºC akan diturunkan temperaturnya menjadi 32ºC. Selain temperatur, air yang akan digunakan untuk mendinginkan harus memenuhi beberapa persyaratan. Kualitas dari air pendingin harus selalu dijaga agar tidak menimbulkan kerusakan pada mesin-mesin pemindah panas sehingga tidak mengganggu proses produksi.
Cooling Tower ammonia adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas yang di pakai untuk memproduksi ammonia. Cooling Tower ammonia di kujang terdiri dari unit ammonia IA dan IB. Cooling Tower urea adalah air yang diproduksi oleh menara pendingin, yang berfungsi untuk mendinginkan peralatan perpindahan panas yang di pakai untuk memproduksi urea. Cooling Tower urea di kujang terdiri dari unit urea IA dan IB (PT. Pupuk Kujang, 1981).
Perhitungan jumlah mikroorganisme dengan cara viable count atau disebut juga sebagai Standart Plate Count (SPC) didasarkan pada asumsi bahwa setiap sel mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi 1 (satu) koloni setelah diinkubasikan dalam media biakan dan lingkungan yang sesuai. Setelah masa inkubasi, jumlah koloni yang tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan atau dugaan dari jumlah mikroorganisme dalam suspensi tersebut. Perhitungan mikroorganisme hidup adalah jumlah minimum organisme. Hal ini disebabkan koloni yang tumbuh pada lempengan agar merupakan gambaran mikroorganisme yang dapat tumbuh dan berbiak dalam media dan suhu inkubasi tertentu (Lay, 1994).
Koloni yang tumbuh tidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme, karena beberapa mikroorganisme tertentu cenderung untuk berkelompok atau berantai, bila ditumbuhkan dalam media dan lingkungan yang sesuai kelompok bakteri ini hanya akan menghasilkan satu koloni. Berdasarkan hal tersebut seringkali digunakan istilah coloni forming unit (CFU/ml) untuk perhitungan jumlah mikroorganisme hidup. Sebaiknya hanya lempengan agar yang mengandung 30-300 koloni saja yang digunakan dalam perhitungan (Lay, 1994).
            Metode yang sering dilakukan untuk mengukur total bakteri adalah metode Plate Count dan medium yang digunakan adalah PCA (Plate Count Agar). Keuntungan dari metode ini adalah bahwa sel yang masih hidup dihitung secara langsung. Kekurangan dari metode ini adalah waktu tumbuhnya bentuk koloni tidak tentu dan biasanya 24 jam atau lebih. Dalam perhitungan mikroorganisme seringkali digunakan pengenceran. Di laboratorium pengenceran dilakukan dengan botol pengenceran seperti lazimnya dilakukan pada standar plate count, namun dapat pula menggunakan tabung. Jumlah bakteri permililiter ialah jumlah koloni dikalikan faktor pengenceran (Pelczar, 1977).
Jumlah koloni yang tumbuh pada metode plate count tergantung dari konsentrasi pengenceran. Semakin kecil konsentrasi, jumlah koloni yang tumbuh semakin sedikit dan jika koloni yang tumbuh terlalu banyak, beberapa sel akan tampak terlalu sesak dan koloni tidak akan tumbuh. Kondisi ini menyebabkan proses perhitungan tidak teliti. Food and Drug Administration menentukan hanya menghitung 25-250 koloni pada plate, tetapi banyak ahli mikrobiologi yang memilih 30-300 koloni plate. Cara yang digunakan untuk memastikan bahwa beberapa koloni yang dihitung akan berada dalam ring (30-300), adalah dengan penambahan air atau pengenceran dan proses ini dinamakan dilution (Pelczar, 1977).
Cooling Tower dapat dipakai sebagai tempat tumbuh yang sangat baik bagi bakteri dan berbagai macam mikroorganisma lainnya, dan dapat menimbulkan masalah serius baik bagi mesin pendingin maupun bagi manusia di sekitarnya. Bakteri, Lumut, Protozoa dan bermacam-macam mikroorganisma lainnya tumbuh dan bersimbiosa membentuk suatu koloni menjadi biofouling, yang dapat tumbuh sangat cepat pada Cooling Tower/cooling system. Masalah yang ditimbulkannya terutama ialah adanya selaput lendir (slime) yang dihasilkan yang akan menjadi penghambat dalam proses pertukaran panas di “Heat Exchanger”. Perbandingan daya hambat panas lendir (slime) dibanding dengan kerak (scale) ialah 5 : 1. Oleh karena itu pada Cooling Tower ini perlu diadakan perhitungan untuk mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang tumbuh atau hidup didalamnya. Apabila berada dalam ambang batas yang tidak di ijinkan, maka akan di gunakan anti bakteri untuk mengendalikan pertumbuhannya (Kemala, 2008).
PT. Pupuk Kujang (1981) menyebutkan bahwa sifat-sifat yang harus dipenuhi oleh air pendingin adalah:
1. Tidak korosif
2. Tidak menimbulkan kerak
3. Tidak mengandung mikroorganisme yang dapat menimbulkan lumut
Oleh karena itu pada unit pengolahan air pendingin ini perlu diadakan pengujian (perhitungan) untuk mengetahui berapa banyak mikroorganisme yang tumbuh atau hidup didalamnya.
            Tujuan dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan ini adalah untuk menghitung jumlah bakteri yang terdapat di dalam Cooling Water yang dihitung di Laboratorium PT. Pupuk Kujang Cikampek. Manfaat dari Praktek Kerja Lapangan adalah menambah keterampilan bagi penulis dalam melakukan isolasi dan menghitung jumlah bakteri.


II. MATERI DAN CARA KERJA
2.1. Materi

       2.1.1 Alat

               Peralatan yang digunakan untuk menghitung jumlah bakteri antara lain neraca digital, pengaduk, tabung Nessler, autoclaf, water dester, inkubator, colony counter, pipet ukur steril, cawan petri, beaker glass, botol steril, plastik sampel steril, pH meter, dan magnetic stirer hot plate.

       2.1.2 Bahan
           
Bahan-bahan yang digunakan antara lain sampel air dari Cooling Water amonia dan urea, medium PCA (Plate Count Agar), aquades steril.

2.2 Cara Kerja
      2.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
                 2.2.1.1  Peralatan yang akan dipakai disterilisasi terlebih dahulu, dan di cuci hingga bersih semua peralatan yang akan disterilkan. Semua peralatan kemudian dimasukan ke dalam autoklaf. Atur temperatur autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit, setelah temperatur autoklaf turun menjadi di bawah 60oC penutup baru boleh dibuka dan peralatan dikeluarkan dari dalam autoklaf.
2.2.1.2  Pembuatan medium PCA (Plate Count Agar), timbang sebanyak 8,23 gr PCA dan dimasukan kedalam beaker glass lalu ditambahkan aqudes steril sebanyak 500 ml. Panaskan larutan diatas stirer hingga mendidih, setelah uap panas menghilang larutan dipindahkan kedalam botol steril kemudian medium disterilkan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121oC dengan tekanan 1,5 atm selama 30 menit (sterilisasi dilakukan bersama dengan alat).
2.2.2 Pengambilan Sampel
Sampel diperoleh dari Cooling Tower unit ammonia IA, IB dan unit urea IA, IB yang diambil di bagian Utility. Sampel diambil pada keran yang terletak pada pipa saluran dengan menggunakan plastik sampel steril, kemudian sampel dibawa ke laboratorium PT. Pupuk Kujang.
2.2.3 Pengenceran dan Isolasi
            Perhitungan jumlah colony di dalam sampel air dalam Cooling Water dapat dilakukan dengan metode cawan, yaitu dengan metode Pour Plate atau agar tuang. Caranya sebagai berikut:
2.2.3.1 Sampel air yang telah diambil, selanjutnya dibuat seri pengenceran sebanyak 3-4 kali dengan cara memindahkan 1 ml larutan tesebut dari tingkat pengenceran sebelumnya ke dalam 10-3 air demin (air dari proses pengolahan di PT. Pupuk Kujang, seperti akuades). Demikian seterusnya sampai tingkat pengenceran yang diperlukan.
2.2.3.2  Sebanyak 0,1  ml larutan tersebut diambil dari 2 seri pengenceran terakhir, dan diteteskan pada cawan kemudian tuang medium PCA (Plate Count Agar) setelah itu cawan digoyang  dan diputar hingga rata dan tercampur.
2.2.3.3  Masing-masing cawan petri diberi label yang jelas dari pengenceran   ke berapa sampel itu diambil.
2.2.3.4  Selanjutnya cawan diinkubasi selama 2X24 jam. Sebelum di masukan kedalam inkubator agar di tunggu sampai memadat dan posisi agar dibalik.
2.2.3.5  Setelah akhir masa inkubasi, colony yang terbentuk dapat dihitung menurut Standard Plate Count (SPC). Perhitungan secara SPC yaitu apabila diperoleh perhitungan 30-300 dari semua pengenceran, misalnya pada pengenceran kedua atau ketiga hasilnya 18 maka hasil tersebut dikalikan faktor pengencerannya.


III.              EVALUASI HASIL KERJA


A.    Deskripsi Tempat Praktek Kerja Lapangan
1.      Keadaan Laboratorium PT. Pupuk Kujang Cikampek
Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan di Laboratorium umum PT. Pupuk Kujang Cikampek Kabupaten Karawang. Laboratorium di suatu pabrik merupakan salah satu bagian dari unit kontrol yang berfungsi untuk memonitori keadaan fisika, kimia dan biologi suatu sample yang berasal dari tiap-tiap unit yang ada di pabrik terutama unit-unit yang berhubungan dengan proses produksi. Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa kegiatan utama di laboratorium adalah menganalisis sampel yang berasal dari unit-unit di pabrik, guna menunjang terjaganya kualitas hasil produksi. Laboratorium Umum PT. Pupuk Kujang dipimpin oleh seorang Superintendent Laboratorium yang dibantu oleh beberapa ahli di bidang kimia dan biologi.
Pemeriksaan di Laboratorium ini meliputi pemeriksaan kualitas air, pemeriksaan hasil buangan limbah yang di gunakan dan pemeriksaan kualitas Urea dan NPK. Laboratorium Umum ini dalam menjalankan tugasnya disesuaikan dengan program kerja yang telah disusun oleh  PT. Pupuk Kujang Cikampek. Dalam pemeriksaan kualitas, sampel diambil secara aseptis di setiap unit kecuali untuk pemeriksaan kualitas hasil buangan limbah yang di gunakan diambil oleh bagian ekologi, dan selanjutnya setiap sampel yang telah diambil dilakukan pemeriksaan di Laboratorium. Hasil pemeriksaan akan diberikan langsung pada setiap unit yang diambil sampelnya atau di laporkan langsung ke bagian TP (Teknik Proses). Apabila dari hasil pemeriksaan menunjukan bahwa bahan yang diperiksa tidak memenuhi kriteria standar pabrik tersebut, maka pihak TP akan menambahkan komposisi yang kurang dalam bahan tersebut.
2.      Sejarah Perusahaan PKC
PT. Pupuk Kujang terletak di Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Sesuai dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa “Kekayaan alam Indonesia dengan segala isi yang terkandung didalamnya harus dapat dimanfaatkan bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat”, maka lahirlah gagasan Proyek Pupuk Jatibarang yang pengolahannya diserahkan pada Pertamina dan berlokasi di Jatibarang pada tahun 1975. Pengelola proyek Pupuk Jatibarang dialihkan kepada Departemen Perindustrian Direktorat Jendral Industri Kimia., pada tanggal 9 Juni 1975 didirikan PT. Pupuk Kujang (Persero), sebuah Badan Usaha Milik Negara di lingkungan Direktorat Jendral Industri Kimia Dasar, Departemen Perindustrian. PT. Pupuk Kujang diserahi tugas untuk membangun pabrik Pupuk Urea di kawasan Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek, Kabupatan Karawang – Jawa Barat.
Pada masa pembangunan proyek PT. Pupuk Kujang ini dilakukan penelitian analisa mengenai dampak lingkungan oleh konsultan dalam negeri, yakni PT. Widya Pertiwi Engineering. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi lingkungan setempat pada saat pembangunan pabrik serta dugaan terhadap lingkungan pada waktu pabrik telah beroperasi. Pada tanggal 7 November 1978, pembangunan PT. Pupuk Kujang telah diselesaikan lebih cepat 3 bulan dari yang direncanakan. Pada tanggal 12 Desember 1978, Presiden Soeharto meresmikan pengoperasian pabrik Pupuk Kujang yang memiliki kapasitas terpasang 570.000 ton urea per tahun dan 330.000 ton per tahun. Pada tanggal 1 April 1979, pabrik dinyatakan dengan resmi beroperasi secara komersil. Tanggal 27 Maret 1998 telah dibentuk Holding BUMN Pupuk dengan PT. Pupuk Sriwijaya sebagai induknya dan PT. Pupuk Kujang menjadi anak perusahaannya.
B.     Evaluasi Hasil Praktek Kerja Lapangan
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan uji bakteriologis dan jenis pemeriksaan sesuai dengan batasan maksimum untuk total bakteri menurut data PT. PUPUK KUJANG CIKAMPEK adalah 100.000 cfu/ml. Pemeriksaan ini dilakukan langsung setelah pengambilan sampel oleh pihak Laboratorium. Sampel diperoleh dari Cooling Tower unit ammonia IA, IB dan unit urea IA, IB. Sampel kemudian dibawa ke Laboratorium dan dilakukan beberapa pengujian untuk mengambil data primer yaitu perhitungan jumlah koloni mikroorganisme, sedangkan pengambilan data sekundernya yaitu analisa secara kimia yang meliputi uji kadar ammonia, sulfat, nitrat dan nitrit.
Analisis utama yaitu analisis yang kesemuanya berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis, salah satunya yaitu Total Count. Total Count yaitu perhitungan jumlah tidak berdasarkan kepada jenis, tetapi terhadap golongan atau kelompok besar mikroorganisme umum seperti bakteri, fungi, mikroalga ataupun terhadap kelompok bakteri tertentu. Total count bakteri misalnya ditentukan berdasarkan penanaman bahan dalam jumlah dan pengenceran tertentu kedalam media yang umum untuk bakteria. Setelah melalui masa inkubasi pada temperatur kamar selama waktu maksimal 4X24 jam, perhitungan koloni dilakukan. Dianggap bahwa tiap koloni berasal dari sebuah sel, maka jumlah koloni dapat diperhitungkan sebagai jumlah sel mewakili dan terdapat di dalam bahan yang dianalisis (Suriawiria, 1993).
Perhitungan dilakukan dengan melihat secara fisik sampel yang sudah diinkubasi selama 2x24 jam diatas coloni counter. Setelah perhitungan, hasil total bakteri di laporkan kepada TP (Teknik Proses) karena apabila terdapat banyak bakteri didalamnya maka pihak TP perlu melakukan treatment dengan menambahkan beberapa bahan kimia ke dalam air pendingin, yaitu:
1.      Senyawa fosfat yang berfungsi untuk mencegah timbulnya kerak pada pipa exchanger.
2.      Senyawa klor yang berfungsi untuk membunuh bakteri dan mencegah timbulnya lumut pada menara pendingin.
3.      Asam sulfat dan soda kaustik, untuk mengatur pH air pendingin.
4.      Dispersant, untuk mencegah penggumpalan dan pengendapan kotoran-kotoran yang terdapat pada air pendingin.
Lempengan agar dengan jumlah koloni yang tinggi (>300 koloni) sulit untuk dihitung, sehingga kemungkinan kesalahan perhitungan sangat besar. Pengenceran sampel membantu  untuk memperoleh perhitungan jumlah yang benar, namun pengenceran yang terlalu tinggi akan menghasilkan lempengan agar dengan umlah koloni yang rendah (<30 koloni). Lempengan demikian tidak absah secara statistik untuk digunakan dalam perhitungan (Lay, 1994).
Berikut data hasil perhitungan jumlah koloni mikroorganisme berdasarkan metodologi yang telah dilakukan.


Kamis 25 Februari 2010
Tingkat Pengenceran
Amonia IA
Urea IA
Amonia IB
Urea IB
Blanko
0
0
0
0
100
>300
>300
>300
>300
10-1
>300
11
>300
>300
10-2
29
5
52
21
10-3
3
0
4
3
Total Koloni
3000
500
4000
3000


Kamis 04 Maret 2010

Tingkat pengenceran
Amonia IA
Urea IA
Amonia IB
Urea IB
Blanko
0
0
0
0
100
>300
>300
>300
>300
101
67
14
72
>300
102
18
3
16
19
103
0
0
0
0
Total koloni
1800
300
1600
1900


Kamis 11 Maret 2010

Tngkat Pengenceran
Amonia IA
Urea IA
Amonia IB
Urea IB
Blanko
0
0
0
0
100
>300
>300
>300
>300
101
30
30
30
17
102
8
4
4
3
103
0
0
0
0
Total Koloni
800
400
400
300


Berdasarkan hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada perhitungan total bakteri di Cooling Water, didapatkan hasil perhitungan koloni yaitu hasil yang didapat mengalami penurunan jumlah bakteri setiap minggunya, pada minggu pertama koloni yang terdapat pada Cooling Water Amonia IA adalah 3000 koloni dan IB 4000 koloni, Cooling Water Urea IA 500 koloni dan IB 3000. Minggu kedua perhitungan didapatkan hasil perhitungan pada Cooling Water Amonia IA 1800 koloni dan IB 1600 koloni, Cooling Water Urea IA 300 koloni dan IB 1900 koloni. Sedangkan pada Minggu ketiga total koloni yang terdapat pada Cooling Water Amonia IA 800 koloni dan IB 400 koloni, Cooling Water Urea IA 400 koloni dan IB 300 koloni. Hal ini menunjukan bahwa ada aktivitas dari treatment yang dilakukan untuk meminimalkan pertumbuhan bakteri dengan penambahan biocides seperti Cl2. Zat klorin berfungsi untuk membunuh bakteri, lumut, ganggang dan jamur. Pemberian zat ini dilakukan secara kontinyu dengan batasan 0,2-0,5 ppm.



DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 1990. Kumpulan SNI Bidang Pekerjaan Umum Nargarai Kualitas Air. Edisi 1990. Departemen pekerjaan Umum.

----------, 2007. Cooling Water Tower Microbiological Analysis. http://www.environmentaleverage.com. Diakses tanggal 18 februari 2010.

Cheremismoff, N.P. 1981. Cooling Tower Selection, Design and Practice. Ann Arbor Science Publishes Inc, Michigan.

Kemala. 2008. Cooler Water. http://cooler/diakses tanggal 29 Maret 2010.

Lamb, J. C. 1985. Water Quality and Its Control. University of North Carolina at Chapel Hill. John Willey and Sons, New York.

Lay, B dan Sugyo, H. 1992. Mikrobiologi Air. Alumni Bandung, Bandung.

Lay, B.W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. PT. Radja Grafindo Persada, Jakarta.

Pelczar, M. 1997. Mikrobiologi. Mc Graw Hill, New Delhi.

PT. Pupuk Kujang, 1981. Modifikasi Teknologi Pengolahan Air Tepat Guna Mengacu pada Peningkatan Efisiensi Optimum pada Pengoperasian Sistem Pendingin Evaporative Terbuka PT. Pupuk Kujang, Jakarta; PT. Teknolindo.

Srihari, E. 1990. Evaluasi Penampilan Operasi Sistem Peredaran Air Pendingin Tipe Terbuka di Dalam Pabrik Proses. http://evaluasi, air pendingin, pabrik/diakses tanggal 29 Maret 2010.

Suriawiria, U. 2003. Mikrobiologi Air dan Dasar-Dasar Pengolahan Buangan Secara Biologis. PT. Alumni Bandung, Bandung.