Jumat, 23 September 2011

BAB V. TRANSKRIPSI

Pokok bahasan di dalam bab ini meliputi prinsip dasar transkripsi, yang mencakup
ciri-ciri dan tahapan transkripsi, transkripsi pada prokariot, dan transkripsi pada eukariot,
dengan  penekanan  pada  karakteristik  enzim  RNA  polimerasenya.  Setelah  mempelajari
pokok bahasan di dalam bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1.   prinsip dasar transkripsi,
2.   transkripsi pada prokariot, khususnya pada bakteri Escherichia coli, dan
3.   transkripsi pada eukariot.
Pengetahuan  awal  yang  diperlukan oleh  mahasiswa  agar  dapat mempelajari pokok
bahasan  ini  dengan  lebih  baik  adalah  struktur  asam  nukleat  dan  replikasi  DNA,  yang
masing-masing telah dijelaskan pada Bab II dan Bab IV.  Selain itu, konsep dasar tentang
gen  dan  transkripsi  yang  telah  diperoleh  pada  mata  kuliah  Genetika  juga  sangat
mendukung pemahaman materi bahasan di dalam bab ini.

Prinsip Dasar Transkripsi
Pada Bab IV telah disebutkan bahwa fungsi dasar kedua yang harus dijalankan oleh
DNA  sebagai  materi  genetik  adalah  fungsi  fenotipik.  Artinya,  DNA  harus  mampu
mengatur  pertumbuhan  dan  diferensiasi  individu  organisme  sehingga  dihasilkan  suatu
fenotipe tertentu.   Fungsi  ini dilaksanakan  melalui ekspresi gen,  yang  tahap pertamanya
adalah proses transkripsi, yaitu perubahan urutan basa molekul DNA menjadi urutan basa
molekul  RNA.  Dengan  perkataan  lain,  transkripsi  merupakan  proses  sintesis  RNA
menggunakan salah satu untai molekul DNA sebagai cetakan (templat)nya.
Transkripsi  mempunyai  ciri-ciri  kimiawi  yang  serupa  dengan  sintesis/replikasi
DNA, yaitu
1.   Adanya sumber basa nitrogen berupa nukleosida  trifosfat. Bedanya dengan  sumber
basa untuk  sintesis DNA  hanyalah pada  molekul gula pentosanya  yang  tidak berupa
deoksiribosa tetapi ribosa dan tidak adanya basa timin tetapi digantikan oleh  urasil.
Jadi,  keempat  nukleosida  trifosfat  yang  diperlukan  adalah  adenosin  trifosfat  (ATP),
guanosin trifosfat (GTP), sitidin trifosfat (CTP), dan uridin trifosfat (UTP).
2.   Adanya untai molekul DNA sebagai cetakan. Dalam hal ini hanya salah satu di antara
kedua untai  DNA  yang  akan  berfungsi  sebagai  cetakan  bagi sintesis  molekul RNA.
Untai DNA ini mempunyai urutan basa yang komplementer dengan urutan basa RNA





48


hasil  transkripsinya,  dan  disebut  sebagai  pita  antisens.  Sementara  itu,  untai  DNA
pasangannya,  yang  mempunyai  urutan  basa  sama  dengan urutan basa  RNA,  disebut
sebagai  pita  sens.  Meskipun  demikian,  sebenarnya  transkripsi  pada  umumnya  tidak
terjadi pada urutan basa di sepanjang salah satu untai DNA. Jadi, bisa saja urutan basa
yang ditranskripsi terdapat berselang-seling di antara kedua untai DNA.  
3.   Sintesis berlangsung dengan arah 5’→ 3’ seperti halnya arah sintesis DNA.
4.   Gugus  3’-  OH  pada  suatu  nukleotida  bereaksi  dengan  gugus  5’-  trifosfat  pada
nukleotida  berikutnya  menghasilkan  ikatan  fosofodiester  dengan  membebaskan  dua
atom  pirofosfat  anorganik  (PPi).  Reaksi  ini  jelas  sama  dengan  reaksi  polimerisasi
DNA.  Hanya  saja  enzim  yang  bekerja  bukannya  DNA  polimerase,  melainkan  RNA
polimerase.  Perbedaan  yang  sangat  nyata  di  antara  kedua  enzim  ini  terletak  pada
kemampuan  enzim  RNA  polimerase  untuk  melakukan  inisiasi  sintesis  RNA  tanpa
adanya molekul primer.   
Secara  garis  besar  transkripsi  berlangsung  dalam  empat  tahap,  yaitu  pengenalan
promoter,  inisiasi,  elongasi,  dan  teminasi.  Masing-masing  tahap  akan  dijelaskan  secara
singkat sebagai berikut.

Pengenalan promoter
Agar  molekul  DNA  dapat  digunakan  sebagai  cetakan  dalam  sintesis  RNA,  kedua
untainya  harus  dipisahkan satu  sama  lain di  tempat-tempat  terjadinya  penambahan basa
pada  RNA.  Selanjutnya,  begitu  penambahan  basa  selesai  dilakukan,  kedua  untai  DNA
segera  menyatu  kembali.  Pemisahan  kedua  untai  DNA  pertama  kali  terjadi  di  suatu
tempat  tertentu,  yang  merupakan  tempat  pengikatan  enzim  RNA  polimerase  di  sisi  5’
(upstream)  dari  urutan  basa  penyandi  (gen)  yang  akan  ditranskripsi.  Tempat  ini
dinamakan promoter

Inisiasi
Setelah  mengalami  pengikatan  oleh  promoter,  RNA  polimerase  akan  terikat  pada
suatu  tempat di dekat promoter, yang dinamakan  tempat awal polimerisasi  atau tapak
inisiasi  (initiation site).  Tempat ini sering dinyatakan sebagai posisi +1 untuk  gen  yang
akan  ditranskripsi.  Nukleosida  trifosfat  pertama  akan  diletakkan  di  tapak  inisiasi  dan
sintesis RNA pun segera dimulai. 









Elongasi




49


Pengikatan  enzim  RNA  polimerase beserta  kofaktor-kofaktornya  pada  untai  DNA
cetakan membentuk kompleks transkripsi. Selama sintesis RNA berlangsung kompleks
transkripsi  akan bergeser  di sepanjang  molekul  DNA  cetakan  sehingga nukleotida  demi
nukleotida akan ditambahkan kepada untai RNA yang sedang diperpanjang pada ujung 3’
nya. Jadi, elongasi atau polimerisasi RNA berlangsung dari arah 5’ ke 3’, sementara RNA
polimerasenya sendiri bergerak dari arah 3’ ke 5’ di sepanjang untai DNA cetakan. 

Terminasi
Berakhirnya  polimerisasi  RNA  ditandai  oleh  disosiasi  kompleks  transkripsi  atau
terlepasnya  enzim  RNA  polimerase  beserta  kofaktor-kofaktornya  dari  untai  DNA
cetakan.  Begitu  pula  halnya  dengan  molekul  RNA  hasil  sintesis.  Hal  ini  terjadi  ketika
RNA polimerase mencapai urutan basa tertentu yang disebut dengan terminator.
Terminasi  transkripsi  dapat  terjadi  oleh  dua  macam  sebab,  yaitu  terminasi  yang
hanya bergantung kepada urutan basa cetakan (disebut terminasi diri) dan terminasi yang
memerlukan kehadiran suatu protein khusus (protein  rho). Di antara keduanya terminasi
diri  lebih  umum  dijumpai.  Terminasi  diri  terjadi  pada  urutan  basa  palindrom  yang
diikuti oleh beberapa adenin (A). Urutan palindrom adalah urutan yang sama jika dibaca
dari dua arah yang berlawanan. Oleh karena urutan palindom ini biasanya diselingi oleh
beberapa  basa  tertentu,  maka  molekul  RNA  yang  dihasilkan  akan  mempunyai  ujung
terminasi berbentuk batang dan kala (loop) seperti pada Gambar 5.1.
Inisiasi transkripsi tidak harus menunggu selesainya transkripsi sebelumnya. Hal ini
karena  begitu RNA  polimerase  telah  melakukan pemanjangan 50 hingga  60 nukleotida,
promoter  dapat  mengikat  RNA  polimerase  yang  lain.  Pada  gen-gen  yang  ditranskripsi
dengan  cepat  reinisiasi  transkripsi  dapat  terjadi  berulang-ulang  sehingga  gen  tersebut
akan  terselubungi  oleh  sejumlah  molekul  RNA  dengan  tingkat  penyelesaian  yang
berbeda-beda.

Transkripsi pada Prokariot
Telah  dikatakan  di  atas  bahwa  transkripsi  merupakan  proses  sintesis  RNA  yang
dikatalisis oleh  enzim  RNA  polimerase.  Berikut  ini  akan diuraikan  sekilas  enzim  RNA





50


polimerase  pada  prokariot,  khususnya  pada  bakteri  E.coli,  promoter  70,  serta  proses
transkripsi pada organisme tersebut.
                                                   urutan penyela

       5’                                                                                                           3’ 
         A T T A A A G G C T C C T T T T G G A G C C T T T T T T T T          DNA
         T A A T T  T C C G A G GA AA A C C T C G G A A AAA A AA
       3’                                                                                                           5’

transkripsi


                                                          U    U
                                                       U          U
                                                          C     G
                                                          C     G
                                                          U     A
                                                          C     G
                                                          G     C      RNA
                                                          G     C
                                                          A     U
                                                          A     U
              5’                                         A     U                            3’ 
                                        A   U   U                 U   U   U   U   U      
                             Gambar 5.1 Terminasi sintesis RNA menghasilkan 
                                                   ujung berbentuk batang dan kala


RNA polimerase E. coli
Enzim RNA polimerase pada  E. coli sekurang-kurangnya terdiri atas lima subunit,
yaitu  alfa  (),  beta  (),  beta  prima  (’),  omega  (),  dan  sigma  ().  Pada  bentuk
lengkapnya,  atau  disebut  sebagai  holoenzim,  terdapat  dua  subunit    dan  satu  subunit
untuk  masing-masing  subunit  lainnya  sehingga  sering  dituliskan  dengan  2’. 
Holoenzim RNA polimerase diperlukan untuk inisiasi transkripsi. Namun, untuk elongasi
transkripsi  tidak  diperlukan  faktor    sehingga  subunit  ini  dilepaskan  dari  kompleks





51


transkripsi  begitu  inisiasi  selesai.  Sisanya,  yakni  2’,  merupakan  enzim  inti  (core
enzyme) yang akan melanjutkan proses transkripsi.
Laju  sintesis  RNA  oleh  RNA  polimerase  E.  coli  dapat  mencapai  sekitar  40
nukleotida per detik pada suhu 37C. Untuk aktivitasnya enzim ini memerlukan kofaktor
Mg2+.  Setiap  berikatan  dengan  molekul  DNA  enzim  RNA  polimerase  E.  coli  dapat
mencakup daerah sepanjang lebih kurang 60pb.
Meskipun  kebanyakan  RNA  polimerase  seperti  halnya  yang  terdapat  pada  E.  coli
mempunyai  struktur  multisubunit,  hal  itu  bukanlah  persyaratan  yang  mutlak.  RNA
polimerase pada bakteriofag T3 dan T7, misalnya, merupakan rantai polipeptida tunggal
yang ukurannya jauh lebih kecil daripada RNA polimerase bakteri. Enzim tersebut dapat
menyintesis RNA dengan cepat, yaitu sebanyak 200 nukleotida per detik pada suhu 37C.

Subunit 
Dua  subunit   yang  identik  terdapat  pada  RNA  polimerase  inti.  Kedua-duanya
disandi  oleh  gen  rpoA.  Ketika  bakteriofag  T4  menginfeksi  E.coli,  subunit    akan
dimodifikasi  melalui  ribosilasi  ADP  suatu  arginin.  Hal  ini  berkaitan  dengan
berkurangnya  afinitas  pengikatan  promoter  sehingga  subunit   diduga  kuat  memegang
peranan dalam pengenalan promoter.

Subunit 
Seperti  halnya  subunit  ,  subunit    juga  terdapat  pada  RNA  polimerase  inti.
Subunit ini diduga sebagai pusat katalitik RNA polimerase, yang dibuktikan melalui hasil
penelitian  mengenai  penghambatan  transkripsi  menggunakan  antibiotik.  Antibiotik
rifampisin  merupakan  inhibitor  potensial  bagi  RNA  polimerase  yang  menghalangi
inisiasi  tetapi tidak mempengaruhi elongasi.  Kelompok antibiotik  ini  tidak  menghambat
polimerase  eukariot  sehingga  sering  digunakan  untuk  mengatasi  infeksi  bakteri  Gram
positif  dan  tuberkulosis.  Rifampisin  telah  dibuktikan  berikatan  dengan  subunit  ,  dan
mutasi-mutasi yang menyebabkan resistensi terhadap rifampisin telah dipetakan pada gen
rpoB,  yaitu gen yang  menyandi subunit .   Selanjutnya,  kelompok  antibiotik yang lain,
yakni  streptolidigin,  ternyata  menghambat  elongasi  transkripsi,  dan  mutasi-mutasi  yang
menyebabkan resistesi terhadap antibiotik ini juga dipetakan pada gen rpoB.  Kedua hasil





52


penelitian tersebut mendukung pendapat bahwa subunit  diduga mempunyai dua domain
yang bertanggung jawab terhadap inisiasi dan elongasi transkripsi.

Subunit ’
Subunit ’ juga terdapat pada RNA polimerase inti. Subunit yang disandi oleh gen
rpoC  ini  mengikat  dua  ion  Zn2+  yang  diduga  berpartisipasi  dalam  fungsi  katalitik
polimerase.  Suatu  polianion,  yakni  heparin,  terbukti  mengikat  subunit  ’.  Heparin
menghambat  transkripsi  secara  in  vitro  dan  juga  berkompetisi  dengan  DNA  dalam
pengikatan  RNA  polimerase.  Hal  ini  mendukung  pendapat  bahwa  subunit  ’  diduga
bertanggung jawab terhadap pengikatan DNA cetakan.

Faktor 
Faktor    yang  paling  umum  dijumpai  pada  E.  coli  adalah  70  (disebut  demikian
karena  mempunyai  berat  molekul  70  kDa).  Pengikatan  faktor    pada  RNA  polimerase
inti  akan  mengubah  enzim  tersebut  menjadi  holoenzim.  Faktor    memegang  peranan
yang  penting  dalam  pengenalan  promoter  tetapi  tidak  diperlukan  untuk  elongasi
transkripsi.  Kontribusi  faktor    dalam  pengenalan  promoter  adalah  melalui  penurunan
afinitas  enzim  inti  terhadap  tempat-tempat  nonspesifik  pada  molekul  DNA  hingga  104,
disertai dengan peningkatan afinitas terhadap promoter. 
Banyak  organisme  prokariot,  termasuk  E.  coli,  mempunyai  beberapa  faktor  .
Semuanya  terlibat  dalam  pengenalan  kelompok-kelompok  promoter  tertentu.  Faktor  
dilepaskan dari RNA polimerase  inti ketika  sintesis RNA mencapai panjang 8 hingga  9
nukleotida.  Enzim  inti  tersebut  kemudian  akan  bergerak  di  sepanjang  molekul  DNA
sambil  menyintesis untai  RNA.  Sementara  itu,  faktor    dapat  segera  bergabung  dengan
RNA polimerase inti lainnya dan melakukan inisiasi transkripsi kembali. Jumlah faktor 
di  dalam  sel  lebih  kurang  hanya  30%  dari  jumlah  RNA  polimerase  inti sehingga hanya
sepertiga  di  antara  kompleks  RNA  polimerase  yang  akan  dijumpai  dalam  bentuk
holoenzim pada suatu waktu tertentu.

Promoter 70 pada E. coli
Seperti  telah dikatakan di  atas,  promoter merupakan  tempat  tertentu pada molekul
DNA  yang  mempunyai  urutan  basa  spesifik  untuk  pengikatan  RNA  polimerase  dan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar