Jumat, 23 September 2011

BAB I. PENDAHULUAN

Bab  pendahuluan  ini  berisi  pokok  bahasan  mengenai  ruang  lingkup  dan
perkembangan  Biologi  Molekuler
 serta  hubungannya  dengan  ilmu-ilmu  lain,  tinjauan
sekilas  tentang  sel  yang  meliputi  perbedaan  antara  prokariot  dan  eukariot,  diferensiasi
dan  organel  subseluler  pada  eukariot.  Selain  itu,  sekilas  juga  dibahas  tiga  di  antara
makromolekul hayati, yaitu polisakarida, lemak, dan protein. Setelah mempelajari pokok
bahasan di dalam bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
1.   ruang lingkup, perkembangan, dan hubungan Biologi Molekuler dengan disiplin ilmu
lainnya,
2.   ciri-ciri sel prokariot,
3.   ciri-ciri sel eukariot, 
4.   perbedaan antara sel prokariot dan eukariot,
5.   macam-macam organel subseluler pada sel eukariot, 
6.   struktur molekul polisakarida penting seperti amilum dan selulosa,
7.   struktur molekul lemak, 
8.   perbedaan antara lemak hewani dan lemak nabati,
9.   struktur molekul protein, dan
10. macam-macam asam amino penyusun protein
Agar dapat memahami pokok bahasan ini dengan lebih baik mahasiswa disarankan
untuk  mempelajari  kembali  klasifikasi  seluler  dan  makromolekul  hayati  seperti  yang
telah diberikan pada mata kuliah Biologi Sel dan Biokimia. Urutan bahasan di dalam bab
ini adalah ruang  lingkup, perkembangan, dan hubungan Biologi Molekuler  dengan ilmu
lain, tinjauan sekilas tentang sel, dan makromolekul hayati. 

Ruang Lingkup, Perkembangan, dan Hubungan dengan Ilmu Lain
Biologi  Molekuler  merupakan  cabang  ilmu  pengetahuan  yang  mempelajari
hubungan  antara  struktur  dan  fungsi  molekul-molekul  hayati  serta  kontribusi  hubungan
tersebut  terhadap  pelaksanaan dan  pengendalian berbagai proses biokimia.  Secara  lebih
ringkas  dapat  dikatakan  bahwa  Biologi  Molekuler  mempelajari  dasar-dasar  molekuler
setiap  fenomena  hayati.  Oleh  karena  itu,  materi  kajian  utama  di  dalam  ilmu  ini  adalah





2


makromolekul hayati, khususnya asam nukleat, serta proses pemeliharaan, transmisi, dan
ekspresi informasi hayati yang meliputi replikasi, transkripsi, dan translasi. 
Meskipun  sebagai  cabang  ilmu  pengetahuan  tergolong  relatif  masih  baru,  Biologi
Molekuler  telah  mengalami  perkembangan  yang  sangat  pesat  semenjak  tiga  dasawarsa
yang  lalu.  Perkembangan  ini  terjadi  ketika  berbagai  sistem  biologi,  khususnya
mekanisme alih informasi hayati, pada bakteri dan bakteriofag dapat diungkapkan. Begitu
pula,  berkembangnya  teknologi  DNA  rekombinan,  atau  dikenal  juga  sebagai  rekayasa
genetika,  pada  tahun  1970-an  telah  memberikan  kontribusi  yang  sangat  besar  bagi
perkembangan  Biologi  Molekuler.  Pada  kenyataannya  berbagai  teknik  eksperimental
baru yang terkait dengan manipulasi DNA memang menjadi landasan bagi perkembangan
ilmu ini.
Biologi  Molekuler  sebenarnya  merupakan  ilmu  multidisiplin  yang  melintasi
sejumlah  disiplin  ilmu  terutama  Biokimia,  Biologi  Sel,  dan  Genetika.  Akibatnya,
seringkali  terjadi  tumpang  tindih  di  antara  materi-materi  yang  dibahas  meskipun
seharusnya  ada  batas-batas  yang  memisahkannya.  Sebagai  contoh,  reaksi  metabolisme
yang diatur oleh pengaruh konsentrasi reaktan dan produk adalah materi kajian Biokimia.
Namun,  apabila  reaksi  ini  dikatalisis  oleh  sistem  enzim  yang  mengalami  perubahan
struktur,  maka  kajiannya  termasuk  dalam  lingkup  Biologi  Molekuler.  Demikian  juga,
struktur komponen intrasel dipelajari di dalam Biologi Sel, tetapi keterkaitannya dengan
struktur  dan  fungsi  molekul  kimia  di  dalam  sel  merupakan  cakupan  studi  Biologi
Molekuler.  Komponen  dan  proses  replikasi  DNA  dipelajari  di  dalam  Genetika,  tetapi
macam-macam  enzim  DNA  polimerase  beserta  fungsinya  masing-masing  dipelajari  di
dalam Biologi Molekuler.
Beberapa proses hayati  yang dibahas di dalam Biologi Molekuler bersifat sirkuler.
Untuk  mempelajari  replikasi  DNA,  misalnya,  kita  sebaiknya  perlu  memahami
mekanisme  pembelahan  sel.  Namun  sebaliknya,  alangkah  baiknya  apabila  pengetahuan
tentang  replikasi  DNA  telah  dikuasai  terlebih  dahulu  sebelum  kita  mempelajari
pembelahan sel. 

Tinjauan Sekilas tentang Sel
Oleh  karena  sebagian besar  makromolekul hayati  terdapat di dalam sel, maka  kita
perlu  melihat  kembali  sekilas  mengenai  sel,  terutama  dalam  kaitannya  sebagai  dasar





3


klasifikasi  organisme.  Berdasarkan  atas  struktur  selnya,  secara  garis  besar  organisme
dapat  dibagi  menjadi  dua  kelompok,  yaitu  prokariot  dan  eukariot.  Di  antara  kedua
kelompok  ini  terdapat  kelompok  peralihan  yang  dinamakan      Archaebacteria atau
Archaea

Prokariot
Prokariot merupakan bentuk sel organisme yang paling sederhana dengan diameter
dari  1 hingga 10 µm. Struktur selnya diselimuti oleh membran plasma (membran sel)
yang  tersusun  dari  lemak  lapis  ganda.  Di  sela-sela  lapisan  lemak  ini  terdapat  sejumlah
protein integral yang memungkinkan terjadinya lalu lintas molekul-molekul tertentu dari
dalam dan ke luar sel. Kebanyakan prokariot juga memiliki dinding sel yang kuat di luar
membran  plasma  untuk  melindungi  sel  dari  lisis,  terutama  ketika  sel  berada  di  dalam
lingkungan dengan osmolaritas rendah. 
Bagian  dalam  sel  secara  keseluruhan  dinamakan  sitoplasma  atau  sitosol.  Di
dalamya  terdapat  sebuah  kromosom  haploid  sirkuler  yang  dimampatkan  dalam  suatu
nukleoid  (nukleus  semu),  beberapa  ribosom  (tempat  berlangsungnya  sintesis  protein),
dan  molekul RNA. Kadang-kadang dapat  juga dijumpai adanya  plasmid (molekul  DNA
sirkuler  di  luar  kromosom).  Beberapa  di  antara  molekul  protein  yang  terlibat  dalam
berbagai  reaksi  metabolisme  sel  nampak  menempel pada  membran  plasma,  tetapi  tidak
ada  struktur organel  subseluler  yang  dengan  jelas  memisahkan berlangsungnya  masing-
masing proses metabolisme tersebut.
Permukaan  sel  prokariot  adakalanya  membawa  sejumlah  struktur  berupa  rambut-
rambut  pendek  yang  dinamakan   pili  dan  beberapa  struktur  rambut  panjang  yang
dinamakan  flagela.  Pili  memungkinkan  sel  untuk  menempel  pada  sel  atau  permukaan
lainnya, sedangkan flagela digunakan untuk berenang apabila sel berada di dalam media
cair.
Sebagian  besar  prokariot  bersifat  uniseluler  meskipun  ada  juga  beberapa  yang
mempunyai  bentuk  multiseluler  dengan  sel-sel  yang  melakukan  fungsi-fungsi  khusus.
Prokariot dapat dibagi menjadi dua subdivisi, yaitu  Eubacteria dan Archaebacteria atau
Archaea.  Namun,  di  atas  telah  disinggung  bahwa       Archaea  merupakan  kelompok
peralihan  antara  prokariot  dan  eukariot.  Dilihat  dari  struktur  selnya,  Archaea  termasuk




4


dalam  kelompok  prokariot,  tetapi  evolusi  molekul  rRNA-nya  memperlihatkan  bahwa
Archaea lebih mendekati eukariot. 
Perbedaan antara Eubacteria dan Archaea terutama terletak pada sifat biokimianya.
Misalnya,  Eubacteria  mempunyai  ikatan  ester  pada  lapisan  lemak  membran  plasma,
sedangkan pada Archaea ikatan tersebut berupa ikatan eter.
Salah  satu  contoh  Eubacteria  (bakteri),  Escherichia  coli,  mempunyai  ukuran
genom  (kandungan  DNA)  sebesar  4.600  kilobasa  (kb),  suatu  informasi  genetik  yang
mencukupi untuk sintesis sekitar 3.000 protein. Aspek biologi molekuler spesies bakteri
ini telah sangat banyak  dipelajari. Sementara  itu,  genom bakteri  yang paling  sederhana,
Mycoplasma genitalium, hanya terdiri atas 580 kb DNA, suatu jumlah yang hanya cukup 
untuk  menyandi  lebih  kurang  470  protein.  Dengan  protein  sesedikit  ini  spesies  bakteri
tersebut memiliki kemampuan metabolisme yang sangat terbatas. 
Kelompok Archaea  biasanya  menempati habitat ekstrim  seperti  suhu  dan salinitas
tinggi.  Salah  satu  contoh  ArchaeaMethanocococcus  jannaschii,  mempunyai  genom
sebesar  1.740  kb  yang  menyandi  1.738  protein.  Bagian  genom  yang  terlibat  dalam
produksi  energi  dan  metabolisme  cenderung  menyerupai  prokariot,  sedangkan  bagian
genom  yang  terlibat  dalam  replikasi,  transkripsi,  dan  translasi  cenderung  menyerupai
eukariot.










Gambar 1.1.  Diagram skematik sel prokariot

Eukariot
Secara taksonomi eukariot dikelompokkan menjadi empat kingdom, masing-masing
hewan (animalia), tumbuhan  (plantae), jamur (fungi), dan protista, yang terdiri atas
alga dan protozoa. Salah satu ciri sel eukariot adalah adanya organel-organel subseluler
dengan fungsi-fungsi metabolisme yang telah terspesialisasi. Tiap organel ini terbungkus
dalam  suatu  membran.  Sel  eukariot  pada  umumnya  lebih  besar  daripada  sel  prokariot.
Diameternya  berkisar  dari  10  hingga 100  µm.  Seperti  halnya  sel prokariot,  sel eukariot




5


diselimuti  oleh  membran  plasma.  Pada  tumbuhan  dan  kebanyakan  fungi  serta  protista
terdapat juga dinding sel yang kuat di sebelah luar membran plasma. Di dalam sitoplasma
sel  eukariot  selain  terdapat  organel  dan  ribosom,  juga  dijumpai  adanya  serabut-serabut
protein  yang  disebut    sitoskeleton.  Serabut-serabut  yang  terutama  berfungsi  untuk
mengatur  bentuk  dan  pergerakan  sel  ini  terdiri  atas  mikrotubul  (tersusun  dari  tubulin)
dan mikrofilamen (tersusun dari aktin). 

















Gambar 1.2. Diagram skematik sel eukariot (hewan)

Sebagian  besar  organisme  eukariot  bersifat  multiseluler  dengan  kelompok-
kelompok sel yang mengalami diferensiasi selama perkembangan individu. Peristiwa ini
terjadi  karena  pembelahan  mitosis  akan  menghasilkan  sejumlah  sel  dengan  perubahan
pola ekspresi gen sehingga mempunyai fungsi yang berbeda dengan sel asalnya. Dengan
demikian, kandungan DNA pada sel-sel yang mengalami diferensiasi sebenarnya hampir
selalu sama, tetapi gen-gen yang diekspresikan berbeda antara satu dan lainnya. 
Diferensiasi diatur oleh gen-gen pengatur perkembangan. Mutasi yang terjadi pada
gen-gen  ini  dapat  mengakibatkan  abnormalitas  fenotipe  individu,  misalnya  tumbuhnya
kaki di  tempat  yang seharusnya digunakan untuk antena pada  lalat  Drosophila. Namun,
justru  dengan  mempelajari  mutasi  pada  gen-gen  pengatur  perkembangan,  kita  dapat
memahami berlangsungnya proses perkembangan embrionik.
Pada organisme multiseluler koordinasi aktivitas sel di antara berbagai jaringan dan
organ  diatur  oleh  adanya  komunikasi  di  antara  sel-sel  tersebut.  Hal  ini  melibatkan
molekul-molekul  sinyal  seperti  neurotransmiter,  hormon,  dan  faktor  pertumbuhan  yang





6


disekresikan oleh suatu jaringan dan diteruskan kepada jaringan lainnya melalui reseptor
yang terdapat pada permukaan sel.

Organel subseluler
Pada  eukariot  terdapat sejumlah organel  subseluler  seperti  nukleus, mitokondria,
kloroplas, retikulum endoplasmik, dan mikrobodi. Masing-masing akan kita bicarakan
sepintas berikut ini.
Nukleus  mengandung  sekumpulan  DNA  seluler  yang  dikemas  dalam  beberapa
kromosom. Di dalam nukleus terjadi transkripsi DNA menjadi RNA dan prosesing RNA.
Selain  DNA,  di  dalam  nukleus  juga  terdapat  nukleolus  yang  merupakan  tempat
berlangsungnya sintesis rRNA dan perakitan ribosom secara parsial.
Mitokondria  merupakan  tempat berlangsungnya  respirasi seluler,  yang  melibatkan
oksidasi nutrien menjadi CO2 dan air dengan membebaskan molekul ATP. Secara evolusi
organel  ini  berasal  dari  simbion-simbion  prokariotik  yang  tetap  mempertahankan
beberapa DNA, RNA, dan mesin sintesis proteinnya. Meskipun demikian, sebagian besar
proteinnya  disandi  oleh  DNA  di  dalam  nukleus.  Sementara  itu,  kloroplas  merupakan
tempat  berlangsungnya  proses  fotosintesis  pada  tumbuhan    dan  alga.  Pada  dasarnya
kloroplas  memiliki  struktur  yang  menyerupai  mitokondria  dengan  sistem  membran
tilakoid yang berisi klorofil. Seperti halnya mitokondria, kloroplas juga mempunyai DNA
sendiri sehingga kedua organel ini sering dinamakan organel otonom
Retikulum  endoplasmik  merupakan  sistem  membran  sitoplasmik  yang  meluas  dan
menyambung dengan  membran nukleus.  Ada  dua  macam  retikulum  endoplasmik,  yaitu
retikulum  endoplasmik  halus  yang  membawa  banyak  enzim  untuk  reaksi  biosintesis
lemak  dan  metabolisme  xenobiotik  dan  retikulum  endoplasmik  kasar  yang  membawa
sejumlah  ribosom  untuk  sintesis  protein  membran.  Protein-protein  ini  diangkut  melalui
vesikula  transpor menuju kompleks Golgi untuk prosesing  lebih lanjut dan pemilahan
sesuai dengan tujuan akhirnya masing-masing.
Mikrobodi terdiri atas lisosom, peroksisom, dan glioksisom. Lisosom berisi enzim-
enzim  hidrolitik  yang  dapat  memecah  karbohidrat,  lemak,  protein,  dan  asam  nukleat.
Organel  ini bekerja  sebagai  pusat pendaurulangan  makromolekul  yang  berasal  dari  luar
sel atau organel-organel lain  yang  rusak. Sementara itu, peroksisom berisi enzim-enzim
yang  dapat  mendegradasi  hidrogen  peroksida  dan  radikal  bebas  yang  sangat  reaktif.





7


Glioksisom  adalah  peroksisom  pada  tumbuhan  yang  mengalami  spesialisasi  menjadi
tempat berlangsungnya reaksi daur glioksilat. 

Makromolekul
Secara  garis  besar  makromolekul hayati  meliputi polisakarida,  lemak,  protein,  dan
asam  nukleat.  Selain  itu,  terdapat  pula  makromolekul  kompleks,  yang  merupakan
gabungan dua atau lebih di antara makromolekul tersebut.

Polisakarida
Polisakarida  merupakan  polimer  beberapa  gula  sederhana  yang  satu  sama  lain
secara  kovalen  dihubungkan  melalui  ikatan  glikosidik.  Makromolekul  ini  terutama
berfungsi sebagai cadangan makanan dan materi struktural. 
Selulosa  dan  pati  (amilum)  sangat  banyak  dijumpai  pada  tumbuhan.  Kedua-
duanya  adalah  polimer  glukosa,  tetapi  berbeda  macam  ikatan  glikosidiknya.  Pada
selulosa monomer-monomer glukosa satu sama lain dihubungkan secara linier oleh ikatan
1,4    glikosidik,  sedangkan  pada  amilum  ada  dua  macam  ikatan  glikosidik  karena
amilum  mempunyai  dua  komponen,  yaitu     -amilosa  dan  amilopektin.  Monomer-
monomer glukosa pada  -amilosa dihubungkan oleh  ikatan 1,4   glikosidik,  sedangkan
pada  amilopektin,  yang  merupakan  rantai  cabang  amilum,  ikatannya  adalah  1,6  
glikosidik.
Pada  tumbuhan  selulosa  merupakan  komponen  utama  penyusun  struktur  dinding
sel.   Sekitar  40 rantai  molekul  selulosa tersusun paralel membentuk lembaran-lembaran
horizontal  yang  dihubungkan  oleh  ikatan  hidrogen  sehingga  menghasilkan  serabut-
serabut  tak  larut  yang  sangat  kuat.    Sementara  itu,  amilum  berguna  sebagai  cadangan
makanan  yang  dapat dijumpai dalam bentuk butiran-butiran  besar  di dalam sel. Adanya
dua  macam ikatan  glikosidik pada  amilum menjadikan  molekul  ini  tidak dapat dikemas
dengan konformasi yang kompak. Oleh karena itu, amilum mudah larut di dalam air.
Fungi dan beberapa jaringan hewan menyimpan cadangan makanan glukosa dalam
bentuk   glikogen,  yang  mempunyai  ikatan  glikosidik  seperti  pada  amilopektin.
Polisakarida lainnya,  kitin merupakan komponen utama penyusun dinding sel fungi dan
eksoskeleton  pada  serangga  dan       Crustacea.  Kitin  mempunyai  struktur  molekul
menyerupai     selulosa,     hanya     saja     monomernya     berupa     N-asetilglukosamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar